JABAR - Ancaman radikalisme merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi generasi muda dalam konteks keberagaman atau kehidupan berbangsa dan bernegara. Generasi muda dapat berperan dalam menghadapi adanya radikalisme dan sikap intoleran yang dilakukan oleh suatu kelompok di masyarakat yang heterogen
Demikian disampaikan ole peneliti isu-isu Strategis Universitas Pertahanan ( Unhan), Arif Dilianto, M.Si., melalui saluran zoom, di Jakarta, Senin (16/1/2023).
“Tentu kita ketahui bahwa radikalisme muncul karena dimulai dari adanya sikap intoleran. Intoleransi dapat dikatakan sebagai tahap untuk bagaimana terjadinya paham radikalisme, yang tentu selanjutnya akan mengarah pada aksi terorisme, ” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa sikap intoleran harus dipahami sebagai suatu hal yang sangat bertentangan dengan nilai moral bangsa Indonesia. Hal yang penting untuk menghargai adanya perbedaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar semangat toleransi dapat terlaksana dengan baik.
“Generasi muda juga perlu untuk mengingat kembali bagaimana negara Indonesia bisa merdeka dan terbebas dari penjajahan di masa lalu, bahwa dilandasi dari persatuan dan bukan perpecahan, ” ujar Arif.
Lebih lanjut, dia memandang bahwa toleransi merupakan kesediaan dalam menerima adanya perbedaan keyakinan serta menghormati perbedaan tersebut sebagai sesuatu yang nyata.
“Dengan sikap toleransi ini maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan rukun dalam perbedaan, tidak saling menghujat, membenci, apalagi mengkafir-kafirkan serta melakukan berbagai rangkaian aksi kekerasan oleh karena perbedaan, ” tandasnya.
Arif menjelaskan, generasi muda adalah generasi yang melek digital dan memiliki ketergantungan dengan media sosial. Hal itu sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk penyebaran paham radikalisme.
“Sehingga literasi digital menjadi penting untuk wajib dimiliki oleh generasi muda. Mereka harus memiliki kecakapan dalam memilah informasi mana yang baik dan benar serta secara bijaksana ditengah masifnya arus informasi yang beredar, ” ungkapnya.
Baca juga:
Aktivis Kota Bogor Endus Proyek Otista
|
Terakhir, Arif mengungkapkan bahwa pada dasarnya setiap agama tidak mengajarkan kekerasan, melainkan kebaikan dan kedamaian. Sehingga pemahaman agama yang baik dan benar menjadi faktor terpenting bagi generasi muda untuk melawan radikalisme.
“Jangan sampai sebagai generasi muda, yang memiliki masa depan cerah dan berguna bagi bangsa dan negara, dikorbankan oleh kelompok radikal untuk mengedepankan kepentingan politis mereka semata, ” tutupnya.